NYLADRAN
Desa Gunungronggo mempercayai dan menghormati sejarah yang melatarbelakangi terciptanya Sumber Jenon kemudian mensakralkan Sumber Jenon. Masyarakat Desa Gunungronggo khususnya masyarakat petani memiliki tradisi yang dilakukan setiap tahunnya yaitu tradisi Nyladran. Nyladran adalah sebuah bentuk dari rasa syukur atas melimpahnya hasil panen yang dilakukan dalam setahun sekali bersamaan dengan acara bersih desa yang dilakukan selama dua hari pada bulan Jawa selo. Selain untuk sebagai bentuk rasa syukur, upacara Nyladran ini juga digunakan untuk menolak bala dan melancarkan proses pertanian yang akan dilakukan pada musim berikutnya. Bentuk dari acara ini adalah kesukarelaan masyarakat untuk datang ke Sumber Jenon dengan membawa berkat/asahan berupa nasi, lauk, dan buah.
Ritual Nyladran dipilih karena ritual ini dianggap wajib dilaksanakan oleh masyarakat Desa Gunungronggo dalam setiap tahunnya pada diadakan setiap bulan selo (kalender jawa). Ritual Nyladran ini sebenarnya berasal dari kata nyadran namun seiring berjalannya waktu kata nyadran ini berganti menjadi Nyladran karena masalah mudah penyebutan kata. Nyladran sudah ada pada masa Hindu-Budha sebelum agama Islam masuk di Indonesia. Jaman kerajaan Majapahit tahun 1284 ada pelaksaan seperti Nyladran yaitu carddha. Kesamaan dari tradisi tersebut pada kegiatan manusia dengan leluhur yang sudah meninggal seperti sesaji dan ritual sesembahan untuk penghormatan terhadap leluhur yang telah tiada.
Ritual Nyladran ini adalah ritual yang sudah ada sejak Desa Gunungronggo berdiri, tidak ada yang tahu kapan tepatnya ritual ini mulai diadakan dan hingga saat ini masih dijalankan dan dipertahankan oleh masyarakat Desa Gunungronggo. Ritual Nyladran oleh masyarakat setempat disebut sebagai ritual orang tani. Hal ini karena ritual ini dilakukan pertama kali oleh masyarakat yang sebagian besar berprofesi sebagai petani. Ritual Nyladran merupakan cara adaptasi yang digunakan oleh masyarakat Desa Gunungronggo untuk menyesuaikan diri dengan alam. Meskipun awalnya ritual ini dijalankan hanya oleh para petani namun seiring berjalannya waktu ritual ini dijalankan oleh seluruh masyarakat Desa Gunungronggo selain untuk mengungkapkan rasa syukur dan pengharapan agar kegiatan yang mereka lakukan entah itu bertani ataupun kegiatan sehari-hari dapat diberkahi, ritual Nyladran juga digunakan untuk tempat berkumpulnya para petani Desa Gunungronggo untuk menyepakati kapan musim taman akan dimulai sehingga petani dapat serentak melakukan proses tanam.
Dalam tradisi Nyadran, warga dari setiap RT membawa tumpeng. Terlihat tumpukan tumpeng yang terkumpul hari itu. Selain tumpeng, ada pula yang membawa nasi bungkus serta kue. Di akhir acara, seluruh warga masyarakat melaksanakan makan bersama, menciptakan suasana guyub rukun dan kebersamaan yang hangat antar warga.
Setelah prosesi doa, warga duduk bersama di sekitar Sumber Jenon untuk makan bersama. Tradisi makan bersama ini bukan hanya sekedar menikmati hidangan, tetapi juga mempererat tali silaturahmi antar warga. Dengan membawa berbagai jenis makanan dari rumah masing-masing, warga berbagi dan menikmati hidangan bersama-sama, menciptakan suasana kebersamaan yang rukun antar warganya.
Tumpeng yang dihias dengan lauk pauk seperti ayam, telur, sayur-sayuran, dan sambal menjadi pusat perhatian. Selain itu, berbagai kue tradisional seperti apem, klepon, dan lemper juga melengkapi meja makan. Makanan-makanan ini disusun rapi di atas tikar, membentuk pemandangan yang penuh warna dan menggugah selera.
Nglampet merupakan satu upacara adat di Desa Gunungronggo. Ritual ini dilakukan sebagai tanda dimulainya kegiatan tanam serentak proses penyemaian, pembibitan, penanaman, pemupukan, dan penanaman tanaman tahunan baik buah-buahan maupun penghijauan lainnya.
Masyarakat lokal melaksanakan ritual ini sebagai bentuk wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam ritual ini, peran kelompok tani hutan sangatlah penting. Adapun kegiatan diskusi pihak pemerintahan ataupun swasta. Untuk penyusunan kegiatan KTH, POKTAN, dan GAPOKTAN. Ritual Nglampet juga ditujukan untuk merencanakan kegiatan konservasi demi kelestarian sumber mata air dan kelestarian hutan di Desa Gunungronggo.
Ritual ini juga digunakan sebagai wadah bertemunya para petani untuk menentukan awal musim tanam agar petani dapat memulai menanam secara serentak. Selain itu sebagai wadah untuk merencanakan upaya pelestarian sumber mata air maupun kegiatan konservasi.
Nglampet ini dilaksanakan di tempat bernama Dawuhan. Ritual ini dilakukan oleh Petani dengan membawa tumpeng yang sudah dikumpulkan, lalu akan dihanyutkan ke sungai sebagai simbol dari persembahan.[ronggosid/1123]